HKIDaerah12.or.id - 15/02/2024, 20:13 WIB
Sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, Iblis dengan segala cara terus berusaha membuat manusia melanggar ketetapan Allah. Dan banyak manusia tergoda, akhirnya dosa dilakukan dimana-mana, mulai dari lingkup keluarga, dunia pekerjaan, dunia politik, dunia ekonomi hingga di lingkup agama.
Sikap manusia atas keberdosaannya juga berbeda-beda. Ada yang cepat menyesali dosanya dan memohon pengampunan dari Allah. Ada yang sangat sulit menyesali dosanya tapi akhirnya bertobat juga. Hingga ada yg tetap saja melakukan dosa secara sadar dan berulang hingga akhir hayatnya. Nats Minggu ini mengajak kita meneladani sikap Daud, walaupun seorang Raja, ia dengan cepat dan rendah hati menyadari dosanya serta memohon pengampunan TUHAN dalam hidupnya.
Posisi sebagai Raja tidak membuat Daud hidup dalam pembenaran akan dosa masa lalunya. Ia dengan kerendahan hati mengevaluasi hidupnya dan akhirnya sadar akan dosa-dosanya dan membutuhkan pengampunan dan penyertaan TUHAN. Ia tidak menyia-nyiakan waktu.
Pada ayat 1 disampaikan Daud datang kepada Tuhan, berseru “KepadaMu ya TUHAN, kuangkat jiwaku”. Suatu stateman yang menunjukkan kesungguhan, bahwa permohonannya bukan sekedar dimulut belaka, melainkan dari segenap jiwa raganya ia mengarahkan semua perhatiannya hanya kepada TUHAN. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita yang sering hidup dalam pembenaran diri, tidak merasa berdosa, dan menunda pertobatan. Juga menjadi pelajaran bagi manusia yang sering berdoa/bermohon pada TUHAN tetapi hanya sekedar di mulut belaka, minus kesungguhan. Baru saja mengikuti ibadah, memohon pengampunan dosa, menaikan kidung pujian tetapi selesai ibadah sudah langsung berdosa, bersiteru, iri hati, melakukan ujaran kebencian, pertengkaran. Ini menunjukkan banyak manusia yang ibadahnya hanya sekedar ceremony belaka, ritual/sekedar perkataan belaka, tidak dari hati dan jiwanya. Dan TUHAN tahu itu. Mereka yang dengan sungguhlah yg beroleh berkat TUHAN.
Pada ayat 2-3 menggambarkan kegalauan hati Daud. Disamping kesadarannya bahwa pengakuan dosanya tentu akan berdampak respon tidak baik dari orang sekelilingnya, Daud juga menyadari pengakuan dosa akan membuatnya terkesan lemah. Apalagi ketika itu Bangsa Israel yang dipimpinnya memang memiliki banyak musuh, bahkan ironisnya, internal Kerajaan Israel yang dipimpin Daud juga diwarnai penghianatan-penghianatan, salah satunya justru dilakukan anak Daud bernama Absalom. Inilah yang menambah kepedihan hati Daud. Tetapi walaupun demikian Daud masih memiliki iman. Ia percaya jika ia setia pada TUHAN, ia tidak akan mendapat malu, justru yg mendapat malu adalah mereka yg berhianat. Dan ini kemudian terbukti dalam sejarah kehidupan Daud, bahwa semua musuh dan penghianat dilingkungan Daudlah yang kemudian mendapat malu, dikalahkan dan Daud sampai akhir hayatnya tetap dalam perlindungan TUHAN. Kemudian dengan kerendahan hati Daud juga bermohon petunjuk hidup dari Allah, sehingga ia diberikan hikmat melakukan kebenaran Allah (Ayat 4-5). Hal ini penting kita camkan dihidup kita agar tidak mengandalkan pemikiran kita semata dalam kehidupan ini, seolah kita tahu segalanya dan mengabaikan TUHAN.
Jemaat terkasih apa relevansi ayat ini bagi kita? Mungkin saat ini ada diantara kita masih menyimpan dosa masa lalu. Kita takut orang lain mengetahuinya dan membuat nama kita cemar. Apalagi bisa saja disaat yang sama ada orang-orang yang memusuhi kita, yang selalu mencari cara menyalahkan, menjatuhkan hingga menyusahkan kita. Bagi musuh segala kesedihan kita adalah kegembiraan bagi mereka. Atau mungkin saat ini kita sedang dihianati. Penghianatan ini sangat memilukan. Kita mempercayai dan melakukan yg baik kepada seseorang, malah kita diserang, dimusuhi, dibully oleh ybs. Permusuhan dan penghianatan dapat membuat kita kehilangan pegangan hidup, sakit hati, sakit perasaan/pikiran hingga sakit tubuh. Melalui Nats ini kita diajak belajar dari Daud, untuk mengatasi semua pergumulan hidup kita, mulailah dengan rekonsiliasi dulu dengan Tuhan melalui permohonan pengampunan dosa. Daud berdoa dan berserah kepada TUHAN. Ia mengandalkan karya TUHAN atas hidupnya. Ia yakin pengakuan dosa, ditengah tantangan hidup, permusuhan dan penghianatan yg ia terima tidak akan membuat ia malu dan menderita, karna ia tetap berjalan dikehendak TUHAN. Demikian dengan kita, berserahlah pada TUHAN, jangan habiskan energy memikirkan pembalasan. TUHAN akan melindungi kita dan menegakkan keadilannya atas segala orang jahat.
Kemudian keterbukaan dan ketulusan hati Daud juga ditunjukkan dengan kesadaran bahwa permasalahan yg dihadapinya saat itu tidak terlepas dari konsekuensi dosa-dosa masa lalunya (a.l kisah Uria dan Batsyeba). Ia introspeksi dan memohon ampun pada Tuhan “Ingatlah segala rahmatMu dan kasih setiaMu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kau ingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setiaMu, oleh karena kebaikanMu, ya TUHAN” (Ayat 6-7).
Ayat ini sangat baik mendorong kita mengevaluasi kehidupan kita secara terbuka kepada Allah. Bukan hanya sekedar memohon ampun dosa kepada TUHAN, melainkan juga memeriksa benang merah kehidupan, kaitan dosa dan perilaku masa lalu atas keadaan kita saat ini. Ini akan mengedukasi kehidupan kita. Sehingga tidak melakukan dosa yang sama secara berulang dan sadar.
Lantas, bagaimana dengan kita saat ini? Tentu sebagai manusia, kita mempunyai dosa-dosa masa lalu. Pertanyaannya, apakah kita punya dosa dimasa muda kita yg belum kita akui dan memohon pengampunan dari TUHAN? Menyembunyikan dosa itu membuat ada Kenangan yang terus teringat dihati dan pikiran kita. Kita khawatir ada orang lain yg mengetahuinya atau bahkan kita takut ada dampak yg akan terjadi yg mempengaruhi diri/kesehatan dan kebahagiaan keluarga kita?
Nats ini memperingatkan kita bahwa perasaan bersalah serta kekhawatiran dapat pula dipandang sebagai karunia Allah bagi kita, karunia yg memperingatkan kita akan sesuatu yang salah dalam kepribadian/jalan hidup kita. Rasa bersalah mendorong kita untuk memeriksa kehidupan masalalu dan memohon pengampunan kepada Allah. Pengampunanlah yang merupakan obat utama bagi kesalahan. Melalui pengampunan, Allah menghilangkan kesalahan yang sebenarnya dan membebaskan kita dari perasaan-perasaan dan kekhawatiran- kekhawatiran yang berakar di dalamnya. Jika Allah mengampuni dosa- dosa kita, Ia melupakannya (Ibrani 10:17), dan kita pun berhak untuk melupakan juga, bukan memendamnya ("Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." 1Yoh 1:9). Kita perlu belajar mengatasi kegagalan, dosa masa lalu kita dengan bersandar pada pengampunan, bukan dengan mencoba menyembunyikannya. Jika kita mengakui dosa kita kepada Allah secara terus-terang, kita pun akan menerima janji penyertaan Allah untuk masa depan. Karena itu, mari bertobat pada hari ini juga dan jangan menunda waktu (Ibrani 3:7-11). Amin? Amin.
TUHAN tidak menghendaki kita tersesat dan hidup dalam dosa. IA selalu berusaha mengarahkan kita pada kebenaran. Kebaikan TUHAN itu nyata. IA tdk selamanya menghukum orang-orang yg sesat, IA akan menunjukkan jalan kepada orang yang sesat perilaku, sesat pikir, sesat karakter, sesat keyakinan untuk bertobat dan menemukan keselamatan dan jalan hidup yang benar. Pintu pengampunan TUHAN tetap terbuka lebar bagi mereka yg mau bertobat. Inilah yang disaksikan pada ayat 8. TUHAN itu baik dan benar, sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Yang diperlukan adalah kerendahan hati kita (ay.9) dan sikap berpegang pada perjanjian dan pengertianNya (ay.10). Hanya orang rendah hati yang mau mengakui kesalahannya & berpegang pada perjanjianNya. Orang rendah hati mengenali dirinya, tdk mengandalkan diri, mau dibimbing, diajar, mau dinasihati dan mau melayani sesama. Merekalah yg akan dibimbing TUHAN sampai menemukan kebahagiaaan. Ini pelajaran berharga disaat banyak manusia yg sulit menyadari dosanya dan terus merasa benar. Hari ini kita diingatkan belajar dari kerendahan hati Raja Daud. Bertobat merupakan sikap yg mulia. Pertobatan adalah tanda kedewasaan iman dan dampak kerendahan hati.
Tapi perlu diingat, hendaknya Pertobatan jangan lips service semata. Karena banyak orang yang mengaku bertobat, namun dalam keseharian mereka tdk menunjukkan perilaku pertobatan. Menilai kesungguhan pertobatan seseorang dapat dilihat dari kehidupannya. Orang yang bertobat mengalami perubahan dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama. Kemudian terjadi perubahan cara pandangnya terhadap kekayaan, jabatan dan karier, dll. Misalnya kisah Zakheus yg bertobat ketika berjumpa dengan TUHAN Yesus. Waktu Zakheus bertobat, harta tidak lagi jadi prioritas dalam hidupnya tetapi prioritasnya adalah Tuhan. Zakheus “Hijrah” dari seorang pemeras sesama menjadi mengasihi Allah dan sesama, ia membagi sebagian hartanya bagi sesama. Untuk itu marilah periksa diri kita yang mengaku sudah bertobat ini.
Dengan tidak mau mengakui kegagalan-dosa dan kesesatan hidup, kita menanam benih perasaan bersalah, kekhawatiran dan tindakan-tindakan yang salah lainnya dalam kehidupan kita. Firman TUHAN memperingatkan kita agar berhati-hati mengenai cara menanggulangi kesalahan-dosa kita. Pengampunanlah obat utama bagi dosa. Melalui pengampunan, Allah menghilangkan kesalahan yang sebenarnya dan membebaskan kita dari perasaan dan kekhawatiran yg berakar di dalamnya. Jika Allah mengampuni dosa- dosa kita, Ia melupakannya (Ibrani 10:17), dan kita pun berhak untuk melupakan juga.
Demikianlah hari ini kita diajak untuk bertobat. Jangan menyembunyikan dosa dari pandangan Allah dan menipu diri sendiri. Jangan berlambat-lambat menunda waktu atau binasa untuk selamanya. Orang bijaksana adalah, ketika ia melihat sesuatu untuk dikerjakan dan kemudian ia segera mengerjakannya. Namun orang bodoh akan menunda-nunda sebuah pekerjaan. Hari ini adalah milik kita, tetapi kita tidak memiliki hari esok. Jika kita mati tanpa pertobatan, maka kita akan menghadapi murka Allah yang begitu dahsyat untuk selama-lamanya!
Ditulis oleh Pdt. Happy Pakpahan
Praeses HKI Daerah XII Jawa-Lampung