“Bekerja, Kerja” identik dalam rangka mencari kebutuhan pokok, berupa sandang, pangan, papan. 24 jam yang diberikan TUHAN bagi sebagian orang dipakai untuk mencari, bekerja dan memikirkan kebutuhan jasmani. Padahal kehidupan ini terdiri dari Jasmani dan Rohani, dan jasmani bersifat fana, rohani bersifat kekal. Anehnya manusia terlalu focus memikirkan hal jasmani yang fana ini, yang akan kembali ketanah, karena apa? Karena ini yg dianggap mereka yg kelihatan, yg bisa ditunjukkan hingga dipamerkan. Bagaimana dengan kebutuhan pokok rohani? Memang ada yg sangat perduli dengan kebutuhan rohani keluarganya, dengan mendidik anak-anak dan anggota keluarga utk berdoa, membaca dan mencintai Firman TUHAN (Alkitab), berusaha untuk mengikuti ibadah, dan hidup sesuai firman TUHAN. Tetapi sebagian manusia lain banyak yg melupakannya, ada juga yg ibadahnya sekedar formalitas tanpa mengubah karakter dan kebiasaan hidup, digereja dan ditempat ibadah tampak alim dan kudus, tetapi diluar mabukmabukan, judi, KDRT, menipu, fitnah, gossip, kata-kata kotor, dll. Ibadah hanya sebuah kemunafikan. Melalui nats ini, kita diajak mengenal roti hidup yang akan mengubah hidup seseorang. Mengubah motivasi, mengubah arah hidup, karakter, kebiasaan ke arah yg lebih baik lagi. Kita simak.
Hari ini kita, umat Kristen, memperingati hari Pentakosta, yaitu hari turunnya Roh Kudus. Dalam kalender gerejawi, hari Pentakosta dihitung 10 hari sesudah hari kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Sedangkan hari kenaikan Tuhan Yesus ke Surga dihitung 40 hari sesudah kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah). Jadi, hari Pentakosta adalah 50 hari sesudah Paskah, sesuai dengan arti kata Pentakosta, yaitu “yang kelima puluh” yg kemudian utk sebagian penafsiran mengakuinya sebagai awal berdirinya Gereja di bumi ini. Tentu ada banyak lagi makna Pentakosta, mari menggali makna Pentakosta sehingga semakin merasakan arti kehadiran Roh Kudus di tengah pergumulan, pengambilan keputusan & aspek lain dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan dan dimanapun kita berada.
Buku Mazmur adalah bagian dari Alkitab yg merupakan buku nyanyian dan buku doa. Buku ini dikarang oleh berbagai Pujangga dalam waktu yg lama sekali. Nyanyian-nyanyian & doa-doa ini dikumpulkan oleh orang Israel & dipakai dalam ibadat mereka, lalu akhirnya dimasukkan ke dalam Alkitab. Sanjak-sanjak keagamaan ini bermacam ragam: ada nyanyian pujian & ada nyanyian untuk menyembah Allah; ada doa mohon pertolongan, perlindungan dan penyelamatan; doa mohon ampun; nyanyian syukur atas berkat Allah, permohonan supaya musuh dihukum. Doa-doa ini ada yg bersifat pribadi, ada pula yg bersifat nasional. Beberapa di antaranya menggambarkan perasaan seseorang yg paling dalam, sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan perasaan seluruh umat Allah. Nats ini adalah Mazmur yg dibuat oleh Daud sebagai kesaksian imannya.
Zaman sekarang begitu banyak orang yang memalingkan muka, menutup mata bila melihat atau mendengar kisah penderitaan yang tak kunjung berakhir. Mengapa? Selama ini banyak orang termasuk Kristen tidak mampu memahami penderitaan yang terjadi di tengah-tengah dunia ini. Penderitaan yang timbul karena peperangan dan kelaparan sebagai wujud keegoisan manusia; bencana alam sebagai wujud murka alam, dsb. Namun untuk orang beriman, penderitaan merupakan demonstrasi Allah menempa, mengajar dan membina umat-Nya guna mempersiapkan umat mencapai puncak pengharapan bagi perwujudan keadilan dan kedamaian. Dalam pengharapan itu semua maka Allah akan memproklamirkan tindakan kasih dan kemurahan-Nya kepada umat-Nya.
Dalam perikop ini, kitab Yesaya yang kita kenal sekarang, sebenarnya bukanlah sebuah satu kesatuan. Namun ia terdiri dari tiga bagian yang memiliki latar belakang historis yang berbeda. Tiga bagian Yesaya tersebut adalah: Proto-Yesaya (Yes. 1-39) dengan latar belakang krisis yang disebabkan oleh ancaman Asyur terhadap Yehuda di masa pra-pembuangan; Deutero-Yesaya (Yes. 40-55) dengan latar belakang masa pembuangan di Babel; dan Trito-Yesaya (Yes. 56-66) yang ditujukan pada bangsa Israel yang kembali dari pengasingan. Jadi, teks kita hari ini termasuk ke dalam bagian pertama Kitab Yesaya yang memiliki konteks krisis geo-politis yang cukup mencekam, sehingga cenderung memiliki tema eskatologis (pengharapan akan akhir jaman) yang kuat.
Saat itu, bangsa Yahudi mengartikan Mesias sebagai utusan Yang Ilahi, sebagai seorang pemimpin spritual dan sekaligus pemimpin revolusi yang akan memimpin bangsa Israel yang akan membebaskan mereka dari penjajahan Romawi, menuju kejayaan kerajaan Israel seperti masa Daud. Menurut sebagian masyarakat, Yesus mempunyai keriteria sebagai Mesias yang dinantikan. Dia dieluelukan dan diposisikan oleh orang banyak sebagai mesias yang dinantikan sejak masa pemberitaan Nabi-nabi PL. Dia dielu-elukan dan diposisikan sebagai Mesias Politis untuk mempercepat proses kemerdekaan dari Romawi.
Yesus memang Mesias yang diutus Allah, tetapi bukan pemimpin revolusi, bukan pemimpin perang secara politis, yang membawa senjata tapi Mesias yang rendah hati yang membawa kasih dan damai sejahtera yang menempuh jalan salib (via dolorosa) untuk membebaskan manusia dari penjajahan dosa. Inilah kelak yang membuat banyak orang Yahudi kecewa, sehingga ketika Tuhan Yesus mereka lihat tidak sesuai dengan keinginan mereka, sehingga kaum Farisi mudah saja memprovokasi mereka, massa langsung membenci Yesus, teriak “salibkan Dia dan membebaskan Barnabas!” Apa yang mereka harapkan dari Yesus sebagai mesias berbeda dengan kenyataan. Yesus tidak sesuai dengan rencana mereka. Itulah sebabnya: Kisah Yesus dieluelukan di Yerusalem adalah sebuah drama yag menarik dan kontroversial. Mari ikuti pembahasan berikutnya.
Istilah popularitas nunga ditanda angka jolma di berbagai kalangan. Popularitas diartikan sebagai kepopuleran atau tingkat kepopuleran yang mana berhubungan dengan keadaan yang disukai, diterima, atau diakui oleh banyak orang. Di partingkian nuaeng on, tung mansai torop do jolma na mengejar popularitas. Berusaha do sasahalak mambahen dirina ditanda angka natorop. Alai asing do molo si Johannes ndang apala ringkot di ibana kepopuleran i, na rumingkot di ibana, asa lam ganda nian ditanda angka halak Jesus. Tapamanat ma hatoranganna.
Semua orang pasti ingin hidupnya semakin baik dan semakin sempurna. Oleh karenanya, semua orang berusaha untuk memperbaiki hidupnya melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya. Namun apakah cukup dan mampukah kita melakukan dengan kekuatan kita sendiri? Kita butuh hikmat dalam hidup untuk berani menentukan mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik yang menuntun kita untuk melakukan yang sesuai dengan kehendak Allah. Perlu kita perhatikan bersama, darimana asalnya hikmat dan bagaimana kita bisa mendapatkannya.
Dalam perikop khotbah ini, kita dapat melihat bagaimana keberimanan Abraham kepada Allah. Di antaranya beriman bahwa ia akan memiliki keturunan yang banyak (ayat 18), imannya tidak lemah walaupun sudah berumur (ayat 19), tidak bimbang akan janji Allah dan memuliakan Allah (ayat 20), yakin dan percaya terhadap Allah (ayat 21). Dengan iman yang dimiliki Abraham, dia mendapat berkat di dalam hidupanya. Abraham diperhitungkan sebagai orang beriman. Paulus menjelaskan perjalanan iman Abraham sehingga ia diperhitungkan Allah. Bagaimana supaya iman kita juga bisa diperhitungkan Allah? Mari ikuti pembahasan berikut.
Daud memiliki iman, Ia percaya jika ia setia pada TUHAN, ia tidak akan mendapat malu. Dengan kerendahan hati Daud juga bermohon petunjuk hidup dari Allah, sehingga ia diberikan hikmat melakukan kebenaran Allah (ayat 4-5). Melalui Nats ini kita diajak belajar dari Daud, untuk mengatasi semua pergumulan hidup kita, mulailah dengan rekonsiliasi dulu dengan Tuhan melalui permohonan pengampunan dosa. Daud berdoa dan berserah kepada TUHAN. Ia mengandalkan karya TUHAN atas hidupnya.
Seiring dengan dimulainya pelayanan dengan pengajaran luar biasa dan mujizat yang dilakukan, saat itu banyak orang makin bertanya-tanya siapakah Yesus? Banyak orang menduga ia adalah Elia bahkan Musa. Suatu ketika seperti yang diceritakan dalam Lukas 9:18-21, Yesus menanyai murid-muridNya siapa dia menurud kata orang. Ternyata orang banyak telah membuat penilaian tentang diriNya, ada yang berkata Yesus adalah Yohanes Pembabtis, Elia, dll. Ditengah konteks inilah Yesus memberikan kepastian gambaran tentang siapa diriNya. Yesus bukan Elia dan juga bukan Musa Yesus adalah Anak Allah yang dikasihi oleh Allah, yang harus didengarkan.