HKIDaerah12.or.id - 12/05/2024, 18:00 WIB
Hari ini kita, umat Kristen, memperingati hari Pentakosta, yaitu hari turunnya Roh Kudus. Dalam kalender gerejawi, hari Pentakosta dihitung 10 hari sesudah hari kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Sedangkan hari kenaikan Tuhan Yesus ke Surga dihitung 40 hari sesudah kebangkitan Tuhan Yesus (Paskah). Jadi, hari Pentakosta adalah 50 hari sesudah Paskah, sesuai dengan arti kata Pentakosta, yaitu “yang kelima puluh” yg kemudian utk sebagian penafsiran mengakuinya sebagai awal berdirinya Gereja di bumi ini. Tentu ada banyak lagi makna Pentakosta, mari menggali makna Pentakosta sehingga semakin merasakan arti kehadiran Roh Kudus di tengah pergumulan, pengambilan keputusan & aspek lain dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan dan dimanapun kita berada.
Saat itu, sudah menjadi tradisi bagi orang Yahudi perayaan hari raya Paskah sbg salah satu pesta yg paling ramai pd agama Yahudi, karena akan berlanjut pd pesta panen (Gotilon) yg dirayakan selama 7 hari. Diterangkan, murid-murid sedang berkumpul di suatu tempat (bnk. Kis 1:3 Luk 24:53), saat itu terjadilah hal-hal sbb:
Tiupan angin keras & Lidah api. Kitab Suci memang sering menggambarkan Roh Kudus sebagai angin (Yoh 3:8 Yeh 37:9,10,14 Yoh 20:22). Kata bahasa Yunani ”pneuma” di teks memang bisa diartikan sebagai ‘roh’, ‘angin’ atau ‘nafas’ (Ibrani : ruach). Sebelum Roh Kudus turun maka Ia didahului oleh suatu bunyi seperti tiupan angin keras. Kemudian tampaklah lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing (ay.3) sbg gambaran hadirnya Roh Kudus yg menyucikan / menguduskan.
Lalu turunlah Roh Kudus dan Memenuhi Orang Percaya (ay 4). Terjemahan ay. 4a dalam bahasa Indonesia jika dibandingkan ke NIV: ‘All of them were filled with the Holy Spirit’, seharusnya ada kata ‘semua’. (= Mereka semua dipenuhi dengan Roh Kudus). Jadi, bukan hanya rasul-rasul saja yg menerima dengan Roh Kudus, tetapi semua orang percaya yg hadir pada saat itu. Roh Kudus diberikan pada semua orang pengikut Kristus. Pemberian Roh Kudus ini adalah penggenapan janji Tuhan (Yoh 14:16,17,26 Yoh 15:26,27 Yoh 16:7-11,13,14 Mat 3:11 Kis 1:4,5,8).
Ayat 5 mengatakan saat itu orang – orang Yahudi yang saleh yang tinggal di Yerusalem yang berasal dari berbagai macam daerah di dunia yg menyaksikan peristiwa itu terkesima melihat semua yang terjadi. Mereka berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, Roma, Kreta dan Arab. Mengapakah mereka terkejut/terkesima ? karena “mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.” Orang - orang Yahudi ini mengerti tentang apa yang diucapkan oleh para rasul tersebut. Sehingga mereka berkata, “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita ?”
Sekarang perhatikanlah baik – baik : setiap orang mendengarkan mereka berbicara di dalam bahasa mereka sendiri. Rasul – rasul ini berbicara di dalam bahasa – bahasa yang lain dari bahasa yang mereka gunakan pada saat berkumpul, tetapi perlu diingat bahwa bahasa – bahasa yang diucapkan pada saat itu adalah bahasa – bahasa yang digunakan oleh manusia di bumi/di bawah kolong langit. Dan setiap orang yang berkumpul mendengarkan para rasul berbicara dengan bahasa asal mereka. Jadi, orang Partia mendengarkan semua rasul tersebut berbicara dengan bahasa Partia. Orang Media mendengarkan semua rasul tersebut berbicara dengan bahasa Media. Orang Yunani mendengarkan mereka semuanya berbicara dengan bahasa Yunani. Mereka mengerti apa yang sedang diucapkan. Bahasa - bahasa yang diucapkan pada saat itu tidak membutuhkan seorang ahli bahasa untuk mengartikannya kepada orang lain, karena jelas diterangkan semua orang yg ada disitu mengerti apa yang terucap. Marilah kita sekarang mempelajarinya secara baik – baik. Banyak orang yang kalau membahas Pentakosta selalu menekankan bahasa roh. Dan anehnya bahasa roh yg di pahami sebagian rekan kita adalah bahasa yang tidak dimengerti. Padahal sebetulnya yang paling ditekankan dalam Pentakosta adalah Pekabaran Injil – terberitanya ‘perbuatan besar yang dilakukan Allah’ (ay.11). Dan perlu juga di perhatikan bahwa pengertian Alkitab tentang kemampuan “berbicara di dalam bahasa – bahasa” tersebut sesungguhnya adalah kemampuan yg diberikan oleh Roh Kudus Allah untuk memberitakan Injil kerajaan Allah kedalam bahasa lain yg digunakan oleh manusia di dunia, pelayanan injil sesuai bahasa ibu/suku/budaya konteks dimana Injil diberitakan. Jadi bukan memaksakan suatu bahasa baru (ekspansi bahasa) atau justru melakukan aktifitas berbahasa yg tidak diketahui artinya secara alfabet termasuk oleh pengucapnya.
Jadi bagaimana dengan Praktek yg dikatakan sebagai Berbahasa Roh saat ini yang memang tidak diketahui arti dan maknanya termasuk oleh orang yang mengucapkannya? Untuk hal itu, Paulus mengatakan “ kata-kata itu sia-sia saja diucapkan diudara (1 Kor 14 : 6-10). Sebab bagaimana mungkin orang yg hadir dalam ibadah yg mendengar pengucapan syukur dalam bahasa Roh mengatakan “ amin” atas pengucapan syukur itu, jika ia tidak tahu apa yg diucapkan ? dan sudah barang tentu orang tersebut tidak dibangun olehnya (1 Kor 14 : 16-17) Ini dapat membuat didalam suatu jemaat, sesama orang percaya saling menganggap asing; tidak memiliki rasa kebersamaan (1Kor 14 : 6-11). Apalagi jika seseorang yg tidak beriman masuk dalam ibadah jemaat yg sedang berbahasa Roh, bisa saja dia akan mengatakan seluruh jemaat itu “Gila” , karena jemaat berkata-kata dalam bahasa yg tidak bisa dimengerti ( I kor 14 : 23-24 ). Jadi kita melihat peristiwa Pentakosta secara bersungguh–sungguh & bukannya berusaha utk meniru-niru sesuatu yg tidak kita mengerti termasuk bahasa dan perilaku.
Lebih lanjut dalam praktek Berbahasa Roh Paulus menerangkan, bahwa Paulus sendiri adalah seseorang yg juga mendapat karunia berbahasa Roh lebih dari pada semua jemaat di Korintus pada waktu itu, tetapi dalam pertemuan ibadah jemaat, ia lebih suka mengucapkan 5 kata yg dapat dimengerti untuk mengajar orang lain, dari pada beribu kata dengan berbahasa Roh ( 1 Kor 14 : 18 – 19). Paulus menerangkan bahwa jika ada yg berkata-kata dalam bahasa Roh, biarlah 2 atau sebanyak-banyaknya 3 orang, itupun seorang demi seorang secara tertib dan yang terpenting harus ada yg menafsirkannya/ menerjemahkannya ( 1 Kor 14 : 5+13+27 ). Sehingga aktifitas Berbahasa Roh berguna membangun iman orang percaya – jemaat ( 1 Kor 14 ; 12). Jika tidak ada orang yg dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Allah ( 1 Kor 14 : 28 ). Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan tetapi damai sejahtera. ( 1 Kor 14 : 33). Tetapi Segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur ( 1 Kor 14 : 40 ). Karna itu siapa yg berkata-kata dengan bahasa Roh, Ia harus berdoa supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya ( 1 Kor 14 : 13 ).
Paulus selalu menekankan bahwa hendaknya segala karunia termasuk berkata-kata dalam bahasa Roh hendaknya mempunyai mamfaat dalam membangun jemaat. Ini penting. Coba bandingkan pada peristiwa Turunnya Roh Kudus ( Pentakosta ) , kata-kata Roh itu segera dimengerti oleh para pendengar ( Baca Kis 2 : 1-47 ) dan maknanya langsung diterangkan Petrus dalam kotbahnya. Sehingga semua orang mengerti dan 3000 orang yg menjadi percaya dan beriman kepada Kristus lalu memberi diri mereka dibabtis. Pola hidup mereka juga diubah dimana mereka menjadi bertekun dalam pengajaran dan sehati bersekutu berkumpul di bait Allah. Jadi bahasa Roh bukan hanya suara-suara yg tidak berarti yg bersifat “seperti kesurupan” ( dimana nalar budi si pembicara tidak berperan dan ucapan-ucapan tidak dapat dimengerti bahkan oleh dirinya sendiri. Tetapi sesuatu yg berguna untuk membangun jemat. Jadi ukuran “mutu Kekristenan” adalah bukan bisa tidaknya seseorang berbahasa Roh. Tetapi iman yang tampak dalam bentuk kasih. Kasih kepada Allah dan kasih kepada manusia, inilah Hukum yg terutama. (1 Kor 13 : 1-13).
Karunia bahasa roh adalah suatu karunia yang bersifat mujijat, sehingga tidak bisa dipelajari / dilatih. Dimanapun dalam Kitab Suci kita tidak pernah melihat orang mempelajari / melatih / mengusahakan bahasa roh. Karena itu semua bahasa roh yang dipelajari / dilatih / diusahakan adalah palsu dan berasal dari orangnya sendiri. Kalau saudara adalah orang yang mempunyai bahasa roh hasil latihan, ingatlah bahwa bisa saja saudara sedang memalsukan karunia Allah!
Hasil dari Peristiwa Pentakosta di Kis.2 ini adalah Allah yang telah memilih supaya mereka semua bisa mendengar Injil dan setelah itu mereka bisa kembali ke negaranya untuk menyebarkan Injil di negaranya masing-masing. Jadi semua ini jelas menunjukkan bahwa Pentakosta menekankan Pekabaran Injil. Perhatikan, pada saat itu, karena orang-orang Yahudi dari negara-negara lain itu mempunyai bahasanya masing-masing sudah tentu adanya banyak bahasa menghalangi Pekabaran Injil dan kalau Injil hanya diberitakan dalam 1 bahasa saja, seperti anggapan Yahudi bahwa Injil itu memang ditujukan hanya untuk satu bangsa / bahasa saja (Yahudi). Allah tidak mau hal itu terjadi dan Ia lalu memberi bahasa roh. Dengan cara ini maka: batasan bahasa dihancurkan dan Injil bisa tersebar dan semua orang tahu bahwa Injil bukan hanya untuk satu bangsa/bahasa saja. Dengan demikian, bahasa roh di sini membuktikan panggilan Allah untuk semua bangsa-bahasa untuk bersatu. Jika kita bandingkan, jika pada Kej 11 terjadi peristiwa menara Babel dimana Allah memberikan banyak bahasa untuk menyebarkan manusia yang tidak saling memahami karena berbeda bahasa di peristiwa Babel, maka dalam Kis 2 terjadi peristiwa Pentakosta dimana Allah memberikan banyak bahasa supaya manusia datang / bersatu dalam Kristus. Pentakosta menekankan Pekabaran Injil untuk semua suku bangsa dan untuk itu Roh Kudus yang mempersatukan. Apakah orang – orang yang ber-Pentakosta pada saat sekarang ini, yang percaya akan “berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain” memang bersatu dan berkumpul menjadi satu ? Atau malahan mereka terpecah – pecah menjadi banyak cabang/denominasi? Padahal para hari Pentakosta, Roh Kudus mempersatukan semua orang dari berbagai suku bangsa utk saling mengerti & bersatu.
Pada ayat 13 dikatakan : Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis." Dari sini bisa kita pelajari bahwa dalam Pemberitaan Injil bisa saja ada tantangan baik berupa cibiran, hingga aksi massa. Seperti reaksi negatif di ayat ay 13, orang-orang ada yang bukan sekedar menolak Injil tetapi bahkan mengejek orang yang memberitakan Injil dengan mengatakan mereka sedang mabuk.Untuk itu kita jangan menyerah dan putus asa, Injil harus terberitakan melalui kata, doa dan perbuatan kita. Bisa terjadi pekerjaan baik dan pelayanan baik mendapat sikap saling sindir dan ejek baik secara terungkap atau tersembunyi.
Seringkali manusia merasa pintar, bijaksana, mampu mengatasi segala perkara dengan kemampuan akalnya. Namun seringkali juga ternyata apa yang dianggap telah teratasi itu justru membuka persoalan dan permasalahan yang baru sehingga membuat orang kecewa, frustasi dan tertekan. Hal ini menandakan bahwa kemampuan akal dan pikiran manusia terbatas. Manusia tidak pernah mampu mengatasi persoalan hidupnya seorang diri, ia memerlukan seorang penolong. Di minggu Pentakosta ini kita diingatkan, bahwa Tuhan Yesus telah hadir sebagai Penolong dalam rupa Roh Kudus. Roh itu setia, Ia akan memberikan pengertian yang benar tentang segala perkara. Roh kudus juga memberi kekuatan jika kita berada dalam kelemahan. Roh kudus mampu menjadikan kita manusia yang bijaksana. Hanya saja persoalannya, kita sering lupa meminta pertolonganNya. Kita lupa bahwa Roh Kudus lahir dalam tubuh dan jiwa kita, sehingga kita selalu bertindak tidak sopan, arogan, berkata – kata kotor, kita melakukan perbuatan jahat. Semua ini membuat terabaikan Roh Kudus yang ada dalam diri dan jiwa kita dan membuat iblis tertawa. Sadarilah, tubuh dan jiwa kita telah diisi oleh Roh Kudus. Hormatilah Dia dengan selayaknya, dan mulailah hidup di dalam Roh Kebenaran. Maka kita akan terberkati oleh kehadiran Roh Kudus ditengah keterbatasan kita. Amin.
Ditulis oleh Pdt. Happy Pakpahan
Praeses HKI Daerah XII Jawa-Lampung