HKIDaerah12.or.id - 29/02/2024, 20:32 WIB
Siapa yang tidak ingin hidupnya semakin sempurna? Semua orang pasti ingin hidupnya semakin baik dan semakin sempurna. Oleh karenanya, semua orang berusaha untuk memperbaiki hidupnya melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya. Namun apakah cukup dan mampukah kita melakukan dengan kekuatan kita sendiri? Di saat kita akan melakukan segala sesuatu dalam kehidupan kita, rasa-rasanya ada yang berbicara dalam hati kita. Jika apa yang akan kita lakukan itu baik dan benar, maka seolah kita akan terdorong untuk melakukannya, namun jika apa yang akan kita lakukan itu buruk dan salah, maka seolah ada yang mencoba untuk menghalangi bahkan menghentikan diri kita. Di sinilah hikmat itu dibutuhkan, kita diajak untuk berani menentukan mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik. Hikmat inilah yang menuntun kita untuk melakukan apa yang baik dan sesuai dengan kehendak Allah. Namun demikian, perlu kita perhatikan bersama, darimana asalnya hikmat dan bagaimana kita bisa mendapatkannya.
Dalam nats ini, umat Tuhan diajak untuk mematuhi aturan Tuhan. Ketaatan terhadap peraturan Tuhan ini bukan soal ditangkap atau tidak tetapi menyangkut bagaimana manusia menikmati hidup ini. Disebutkan, firman Tuhan itu sempurna dan tepat. Aturan Tuhan itu memang cukup banyak sebagai pengembangan dari Hukum Taurat. Tetapi, aturan itu tidak usah dihafalkan. Sesungguhnya semuanya itu sudah Tuhan masukkan di dalam hati setiap orang-orang percaya. Maksudnya, kita sebenarnya sudah tahu akan firman Tuhan itu, tapi apakah kita mau menjalankan atau tidak. Itu sangat tergantung pada kemauan hati kita. Bagi setiap orang yang mau merenungkan dan memberlakukan Firman dan Taurat Tuhan akan memperoleh manfaat langsung di dalam hidupnya. Dalam respons atau tanggapan Daud dalam nyanyiannya kita melihat seseorang yang sungguh menyenangkan hati Allah. Setiap orang Kristen, yang sungguh-sungguh mencintai Allah, tentu ingin menyenangkan hatiNya. Oleh karena itu kita sekarang menyelidiki Mazmur ini dari segi itu.
Firman Tuhan atau Hukum Taurat dalam konteks Mazmur ini mempunyai peranan besar dalam kehidupan seseorang yang ingin berkenan kepada Allah. Orang tidak mungkin akan berkenan kepada Allah kecuali kalau ia berpegang pada Firman Tuhan. Inilah pilihan kunci yang dinyanyikan Daud dalam syair ini. Hukum Taurat (Firman Allah) sering disebut “Intan Permata Israel.” Sebutan itu akan makin dimengerti apabila kita mempertimbangkan empat sifat utama Firman Allah yang dikemukakan dalam ayat 8 – 10.
Pertama, Taurat Tuhan itu bukan sekedar aturan yang menilai benar atau salah. Lebih dalam lagi, firman Tuhan itu mengingatkan manusia itu pada hakekatnya. Manusia itu adalah gambaran Allah, manusia itu memiliki jiwa yang Allah kehendaki. Kehendak Allah itu dituangkan dalam firmanNya yang setiap saat dapat kita nikmati. Firman Tuhan penuh dengan hikmat yang dapat memberi pengetahuan baru bagi yang berkenan merenungkannya. Firman Tuhan menyadarkan manusia akan segala perbuatan yang telah dan akan dilakukan. Mungkin manusia itu sudah jauh melangkah atau mengejar yang tak bermanfaat, yang hanya melelahkan dirinya sendiri. Manusia menjadi stress. Atau, manusia itu merasa jenuh menjalani hidup ini karena menurutnya tidak ada lagi yang baru. Tidak ada lagi pengharapan.
Kita melihat bahwa Firman Tuhan adalah “sempurna” dengan akibat menyegarkan jiwa kita. Hal ini tidak mengherankan. Misalnya, minuman yang sempurna dapat menyegarkan seseorang yang haus. Tetapi apakah orang akan disegarkan kalau ia minum air jeruk yang busuk atau kecut? Tidak! Tetapi makin sempurna air jeruk itu, kita makin disegarkan. Firman Tuhan sungguh sempurna. Orang yang membacanya dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh selalu akan disegarkan.
Firman Tuhan mengingatkan manusia yang jauh dari Tuhan, agar berkenan melepaskan berbagai beban hidupnya. Firman Tuhan juga memberikan hikmat, agar manusia tahu apa yang perlu dilakukannya. Dengan demikian, manusia itu memiliki pengharapan baru dan menjadi dinamis dalam hidupnya. Itu sebabnya disebutkan, firman Tuhan menyegarkan jiwa. Manusia itu di-refresh dari stressnya. Orang yang merenungkan firman Tuhan akan memperoleh kesegaran jiwa.
Kedua, kita melihat bahwa Firman Tuhanlah “teguh” dengan akibat “memberi hikmat kepada orang yang tidak berpengalaman.” Pengalaman orang muda kurang sekali dan oleh karena itu biasanya kurang berhikmat. Jalan keluar untuknya ialah membaca Firman Tuhan. Mengapa Firman Tuhan dapat memberi hikmat kepada kita? Karena Firman Tuhan adalah sumber hikmat yang teguh. Firman Allah adalah pikiran Allah yang kekal, yaitu nasihat dari Dia yang Maha Hikmat. Membaca Firman Tuhan pasti akan menjadikan kita orang yang berhikmat.
Tuhan memberikan hikmat di dalam hati manusia, supaya manusia bertindak (bekerja, melayani, berbuat sesuatu) didorong oleh hati itu. Semua firman Tuhan itu sudah melekat dalam hati manusia itu. Itu sebabnya, firman Tuhan itu menyukakan hati manusia. Misalnya, Firman Tuhan berkata : “Kasihilah sesamamu manusia”. Manusia tentu meng-iya-kan dan meng-amin-kan itu, sebab firman itu sesuai dengan hati manusia. Tetapi karena terlalu mengandalkan pikiran, maka kita sering gagal mengasihi, padahal itu yang Tuhan kehendaki dari manusia. Mestinya manusia memberlakukan firman Tuhan sebab itulah yang membuat kita bersukacita. Hati yang bersukacita akan terpancar melalui wajah/mata kita. Itu sebabnya Tuhan berfirman, semua manusia harus memiliki hikmat di dalam hidupnya dan berhikmat yang daripada Tuhan.
Ketiga, Firman Tuhan itu adalah “Tepat dan Murni”. Dan karena Firman Tuhan itu tepat, maka Firman Tuhan itu menyukakan hati. Perkataan, nasihat atau khotbah itu selalu memuaskan dan menyukakan hati. Kemudian Pemazmur mengatakan bahwa Firman Tuhan itu juga “murni” dan “membuat mata bercahaya.” Mungkin mata kita bercahaya karena melihat sesuatu yang murni. Mata kita bercahaya apabila kita melihat air yang murni, pohon yang hijau dan sehat, rumah yang bagus dan rapi apalagi mobil yang baru dan mengkilap. Demikian juga kemurnian Firman Tuhan dapat menyebabkan mata seseorang bercahaya. Kita juga dapat mengatakan bahwa kemurnian Firman Tuhan itu menyembuhkan kebutaan jiwa dan karena itu juga “membuat mata bercahaya.” Mazmur 119 : 105 mengatakan bahwa “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. Akhirnya, kita membaca bahwa Firman Tuhan itu “benar,” yaitu bahwa tidak ada sesuatu yang palsu di dalamnya.
Keempat, Firman Tuhan itu begitu indah dan mulia, sampai dirasanya hanya dapat dibandingkan dengan emas. Tetapi sebetulnya Firman itu tak dapat dibandingkan dengan emas, karena Firman Allah “lebih indah” dari emas. Daud masih belum puas dengan perbandingan ini. Ia menambahkan bahwa Firman Tuhan itu lebih indah dari “banyak emas.” Masih kurang puas dia, sampai ia mengatakan “lebih indah dari banyak emas tua” atau emas murni. Emas sangat mahal dan berharga di tanah Palestina karena tidak ditambang di sana. Namun pada zaman kuno orang yang mempunyai banyak emas dianggap orang kaya. Persembahan emas adalah salah satu persembahan yang dibawa oleh orang Majus kepada bayi Yesus. Namun, menurut Daud, Firman Tuhan jauh lebih indah dari banyak emas murni. Bagaimana pandangan kita tentang Firman Tuhan? Apakah sama dengan Raja Daud?
Walaupun emas itu indah, emas itu kurang enak. Demikianlah Daud menambah satu khiasan lagi. Dalam perbandingan ini ia mengingatkan bahwa Firman Tuhan itu adalah seperti madu. Hanya satu perbedaannya. Firman Tuhan “lebih manis” dari madu. Tetapi madu yang bagaimana? Madu tetesan! Itulah madu yang paling murni karena tidak tercampur dengan lilin sarang lebah. Bagaimana pandangan orang Yahudi akan madu? Ingatlah pada waktu Allah menggambarkan “Tanah Perjanjian” kepada mereka? Allah mengatakan bahwa Tanah Perjanjian itu “tanah yang berlimpah dengan susu dan madu.” Itulah keterangan yang paling meyakinkan mereka akan keunggulan tanah Palestina, tempat tujuan mereka dari Mesir. Daud sungguh percaya dan yakin akan keungggulan Firman Tuhan.
Firman Allah itu bertujuan untuk menolong kita di dalam melewati kehidupan ini. “Berpegang” pada Firman Tuhan! Bagaimana caranya? Satu-satunya cara ialah membaca dan menaatinya. Tanpa membaca, kita tidak akan tahu apa yang harus ditaati. Tanpa menaatinya, pembacaan Firman Tuhan tidak bermanfaat bagi kita.
Bagaimanapun juga, untuk menang atas dosa dan hidup dalam kesucian, kita harus bersandar hanya kepada Tuhan. Pada umumnya manusia puas dengan dirinya sendiri dan menganggap dirinya sudah cukup baik. Tetapi apabila ia mulai menyelidiki Firman Tuhan, baru ia mulai sadar akan kenajisannya di hadapan Allah. Dan juga, kalau ia banyak menyelidiki Firman Tuhan, ia akan terdorong untuk mencari pertolongan Tuhan. Mengapa demikian? Karena Firman Tuhan akan menunjukkan bahwa tidak ada harapan baginya terpisah dari campur tangan Tuhan.
Tuhan sesungguhnya memberikan manusia kesadaran. Tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Tetapi perbuatan yang tidak disadari dapat menimbulkan kekacauan. Kacau karena terjadi kesalahan, kesesatan, tidak sopan, dapat menyakiti orang lain. Kesalahan yang tidak disadari sebenarnya bisa dimaafkan orang lain. Tetapi kesalahan yang berulang-ulang apalagi menyakiti orang lain tentu sangat berbahaya. Suatu saat, orang yang tersakiti itu akan menegur orang yang melakukan kesalahan itu. Namun, karena ia tidak sadar akan kesalahannya, maka ia tidak akan pernah mengakuinya. Maka terjadilah ‘perang argumen’.
Dalam bagian ini Raja Daud pertama-tama bertanya pada dirinya sendiri, “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan?” Maksudnya “kesesatannya sendiri” atau “kesalahan-kesalahannya.” Dia menyadari adanya dosa-dosa yang masih disembunyikan dalam dirinya sendiri. Dia tidak mengetahui hatinya sendiri. Firman ini mengungkapkan, orang yang diterangi firman Tuhan akan bebas dari kesesatan yang tidak disadari. Dengan demikian, orang-orang yang taat pada peraturan, Taurat Tuhan akan hidup dalam perlindungan Tuhan, memperoleh kehendak hatiNya, tidak berbuat dosa, dan bebas dari kesesatan. Ia hidup dalam anugerah Tuhan. Ia menikmati manisnya kehidupan ini. Hidup ini menjadi indah. Doa Daud perlu menjadi doa kita, “Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.”
Pemazmur mulanya memandang kehidupan dunia ini penuh pergumulan; kegelisahan, tak terpuaskan, bagaikan tanah yang tandus dan kering, tanpa pengharapan. Pemazmur sadar, bahwa hidup yang demikian akibat manusia tidak taat pada firman Tuhan. Pemazmur bersaksi, bahwa hanya ketaatan pada firman Tuhanlah maka manusia ciptaanNya dapat mengalami kesegaran jiwa dan hati yang penuh sukacita. Kesaksian pemazmur ini mengajak kita juga untuk hidup dalam firman Tuhan. Kita mau membaca, merenungkan dan memberlakukan firman Tuhan di dalam seluruh kehidupan kita, sebab firman Tuhan itu bagaiman emas yang indah dan lebih manis dari madu. Di dalam doanya, Daud juga berdoa meminta perlindungan dari Tuhan; “Lindungilah hamba-Mu,…dst. Dia yakin bahwa Tuhan berkenan kepadanya. Firman Tuhan adalah anugerah bagi kita, karena itu jangan di sia-siakan. Bagaimanapun keadaan hidup kita, FIRMAN TUHAN adalah YANG SEMPURNA dan KEKAL. AMIN.
Ditulis oleh Pdt. Ferdianto Tumanggor, S.Th
Pendeta HKI Lippo Cikarang Resort Bekasi Timur